Ada dua orang anak sedang duduk berbincang dengan ibunya diruang tamu, Pada saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba terjadi “badai” besar, guntur dan kilat yang sambar-menyambar. Keadaan sangat mencekam dan menjadikan ketiga orang itu ketakutan. Kedua anak itu langsung mendekap Ibunya dan sang Ibu dalam kepanikan memberikan kata-kata penghiburan pada kedua anak ini.
Setelah satu jam terjadi, badai itu reda dan keadaan baik tidak terjadi apapun hanya terjadi sedikit karusakan pada rumah itu.
Anak pertama bilang pada adiknya,” Apakah kamu baik-baik saja dik?”.
Jawab sang adik,”Benar aku dalam keadaan baik, hanya aku tadi takut sekali hingga aku terus berdoa berulang-ulang agar tidak terjadi hal-hal buruk pada kita”.
Sang kakak berbicara,”aku tidak berdoa apa-apa tetapi aku juga dalam keadaan baik, jadi doa atau tidak bukan hal penting karena tanpa doapun kita dalam keadaan baik”.
Sambung anak ini,”mam, apakah kau tadi juga berdoa??? aku lihat mama tidak berdoa karena mama sibuk menenangkan kami agar tidak takut”.
Jawab Ibu anak-anak itu,” aku berdoa dengan aku melakukan pekerjaan terbaik yaitu menenangkan kalian dan doa yang terbaik adalah ada dalam tindakan nyata”.
Jawab anak pertama itu,” apakah ketika mama berbicara untuk menenangkan kami tadi bisa dikatakan doa???”.
Jawab Ibu itu,”benar berdoalah dengan tindakan bukan hanya diam saja tidak melakukan apa-apa?”.
Sejenak percakapan kedua anak dengan Ibunya ini seperti percakapan biasa dan sering kita alami. Seperti pandangan anak pertama sering ada dalam diri kita,” tidak berdoapun kita selamat jadi apa artinya sebuah doa?” Anak pertama ini tidak menyadari kalau hasil dari doa yang dilakukan orang lain juga berkaitan dengan dirinya bahkan “kemungkinan” yang menyelamatkan dia adalah doa dari adik dan Ibunya itu.
Jika suasana doa dari adiknya tidak ada dan adiknya ketakutan dan menangis berlarian kesana-kemari maka cerita akan lain dan jika Ibunya tidak melakukan tindakan untuk menenangkan mereka maka keadaan akan berbicara lain. Susana akan penuh dengan ketakutan yang mencekam dan dalam keadaan seperti ini orang akan kehilangan “arah” akhirnya bertindak “sembarangan” dengan berjuta pemikiran akan yang terjadi diluar rumah itu entah berkaitan dengan mobilnya, ayamnya, kebunnya atau apapun yang dipunyai dan ada diluar rumah itu. Maka “hasil” nyata dari doa itu adalah “ketenangan”.
Dalam keadaan tenang orang menjadi siaga dan tahu apa yang akan terjadi dan kecepatan bertindak lebih cepat. Maka sebenarnya yang menjadikan “kehancuran” dan “ketidakselamatan” seseorang sebenarnya bukan bencana itu tetapi rasa panik dan ketakutan akan keadaan yang terjadi. Dengan doa dan tindakan nyata dari doa, rasa panik bisa diatasi dan kebaikan dapat didapatkan.
Pernah ada cerita yang saya baca. Ada wabah penyakit lewat dan bertemu dengan Nasrudin.
Nasrudin bertanya,” mau kemanakah kau, hai wabah penyakit??”.
Jawab wabah itu,” ke kota A untuk membunuh sepuluh orang???”.
Setelah bebarapa hari Nasrudin kembali bertemu dengan wabah itu dan Nasrudin bertanya,” hai wabah, kau bilang akan membunuh sepuluh orang, tapi mengapa yang mati seratus orang”.
Jawab wabah itu,” aku hanya membunuh sepuluh orang dan yang sembilan puluh mati karena panik dan ketakutan”. Nasrudin hanya bisa mangut-manggut saja.
Maka ketakutan dan kepanikan yang sebenarnya berbahaya dalam kehidupan ini. Maka seperti Ibu dan anak kedua dari keluarga itu, mereka berdoa untuk menenangkan suasana agar kepanikan tidak terjadi dalam rumah itu. Maka dalam menyikapi bencana dan kesulitan selalulah berdoa dan tenangkan diri jangan bairkan kepanikan dan ketakutan ada karena dengan doa dan ketenangan semua bisa berjalan dengan baik.
Selamat menjaga ketenangan hati dengan doa dalam keadaan apapun.
Salam dalam cinta membangun dunia dalam ketenangan.
Petrusp
Semoga bermanfaat.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar