Senin, 19 September 2011

Expect the Unexpected (Bersiap untuk yang tak terduga)

Mungkin tidak mudah, mencari padanan yang ‘pas’ untuk terjemahan expect the unexpected. Secara harafiah, terjemahan langsungnya bisa berarti: mengharapkan yang tidak diharapkan. Rasanya aneh juga ya, bagaimana mungkin mengharapkan yang tidak diharapkan? Harapan kita tentunya adalah sesuatu yang telah kita idamkan, kita impikan. Namun, ketika saya mencoba menerjemahkannya menjadi menyiapkan diri/bersiap untuk hal-hal yang tak terduga, rasanya menjadi lebih bisa diterima.

Dalam hidup, sering kali kita punya rencana. Saya pribadi adalah seseorang yang suka membuat rencana, tetapi saya kerap kali dihadapkan pada kenyataan bahwa rencana saya yang sebegitu rapi jali sekalipun, bisa menghadapi banyak kendala dan akhirnya tidak jarang, rencana A bisa berakhir rencana J,bahkan rencana Z.

Saya sadar, tidak semua dari kita siap kita yang tak terduga itu datang. Setelah merencanakan liburan, ternyata ada anggota keluarga yang sakit keras, jadi tiket dan hotel hangus. Atau, sudah memesan taksi merek ternama, tiba-tiba saat terakhir, mereka yang membatalkan karena tak ada armada dan terpaksa harus naik ojek. Sudah berdandan rapi dan cantik untuk ke undangan perkawinan, cuaca pun cerah mendukung, eh koq tiba-tiba turun hujan lebat. Dan mungkin yang terdengar tragis, namun pernah terjadi juga di duna nyata, liburan keluarga di Eropa yang menyenangkan itu berubah menjadi kedukaan karena Sang Ayah harus meninggal dunia di sana.
Sedih sekali pasti rasanya…

Setelah mengamati, sekaligus pernah mengalami beberapa kali bahwa rancanganku yang sebegitu indah itu pun bisa buyar, bisa bubar… Saya belajar untuk berusaha sabar dan menerima kalau ternyata rencana saya berbeda dengan rencana-Nya. Apalagi, ketika kehidupan membawa kita ke arah yang kurang menyenangkan. Sakit, kesedihan, kecemasan, tiba-tiba menghantui keseluruhan hidup kita saat itu, apa yang harus dilakukan?
Rasanya, tiada obat yang lebih mujarab selain menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Karena Dia tahu yang terbaik bagi kita. Dia yang empunya rencana bagi kehidupan seluruh manusia. Saya tidak memungkiri pada kenyataannya ketika berhadapan dengan ‘the unexpected’, kita yang manusia ini tidak selalu sanggup-tidak selalu kuat menghadapinya. Kita bisa menangis, bersedih, kecewa, bahkan marah dengan-Nya. Lalu pertanyaan yang biasa muncul dan memenuhi otak kita akan teriak: “ Why God?” Tetapi jika dan hanya jika kita mau sadari, bahwa semua terjadi karena suatu alasan. Bahwa segala sesuatunya terjadi karena sudah dalam perencanaan-Nya, bukankah baik pula bila kita berusaha menerima? Tentunya, dengan semua pergumulan untuk menjadi lebih rendah hati dengan menerima rencana-Nya memang tidaklah mudah. Sehingga, ketika ‘the unexpected’, hal-hal yang tak pernah kita sangka-sangka itu terjadi… Kita masih bisa berucap: “ Aku tak pernah tahu apa rencana-Mu ya, Tuhan. Tetapi, aku yakin, itulah yang terbaik untukku.”

Kita mungkin sekali kecewa, marah, merasa diri dipermainkan atau diombang-ambingkan ketika menghadapi hal-hal yang tak terduga dalam hidup. Tak pernah orang merencanakan sakit-penyakit, kematian, kemalangan, kecelakaan, kegagalan, kepedihan, kesedihan… Namun, ketika itu semua terjadi, apakah selalu melulu jelek saja? Bukankah ada pelajaran berharga yang bisa kita petik di baliknya? Bukankah selalu ada hal positif juga di balik semua hal yang seolah negatif itu? Mungkin masalahnya adalah terlalu sering kita menutup mata ketika ‘the unexpected’ itu terjadi dan menganggap dunia sudah runtuh.

Yang kita tahu pasti, dalam segala hal ­– dalam segala kejadian, Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Tulisan ini untuk mengingatkan saya sendiri, bila suatu saat rencana saya buyar, bubar jalan…. Hendaknya saya tetap ingat di dalam iman, bahwa Dia punya rencana yang lebih baik bagi saya. Walaupun sulit, walaupun mungkin kita menangis dalam kesedihan dan keputusasaan karena impian tak menjadi nyata, hendaknya kita tak berhenti percaya bahwa waktu-Nya akan tiba. Dan segala sesuatunya akan indah di dalam perencanaan-Nya.
Amin.
Jakarta, 15 September 2010
-fon-
Semoga bermanfaat :)

3 komentar:

  1. thanks ya, Rizal sudah share tulisanku...Senang juga tambah teman baru:)

    BalasHapus
  2. iya mba fonny, sama2... makasih juga tulisannya mba fonny sudah menginspirasi saya untuk lebih baik lagi dalam menulis... hehe

    BalasHapus
  3. eeemmm... yo...

    BalasHapus